14 November 2008

Kematian..

Apa yang kalian pikirkan bila mendengar kata kematian? Merasa takut?? Atau merasa bahwa kematian itu adalah sesuatu yang indah?? Jujur, kalo aku ditanya kayak gitu, terus terang aku takut.. Tau kenapa?? Karena kalo aku ngeliat ada seseorang yang meninggal dunia, aku pasti ngerasa ngeri.. Aku punya cerita berkaitan dengan kematian..

Pada bulan Februari tahun ini (pas itu waktu Tahun Baru Imlek), aku ngeliat sendiri peristiwa kematian. . Saat itu, aku dan keluargaku pergi ke sebuah villa, tempat dimana seluruh keluarga besar dari papa berkumpul untuk reuni dan pada saat itu merayakan Tahun Baru Imlek. Biasanya, kami semua berkumpul tanpa ada anggota keluarga yang ga ikut.. Jadi kami semua dapat berkumpul rame2..

Tapi lain halnya dengan tahun ini. Tidak semua anggota keluargaku datang.. Kita tau bahwa tahun ini adalah tahun yang berat dalam hal perekonomian. Beberapa mengatakan tidak bisa berangkat ke villa karena masalah keuangan yang 'tidak memadai' untuk berpergian dan untuk memberi 'angpao' pada keluarga yang lain.

Hari itu, cuaca mendung.. Langit mulai menitikkan air.. Lama kelamaan titik2 air itu berubah menjadi hujan yang deras.. Udara sejuk yang didapat di wilayah Prigen membuat kami dapat melepaskan semua penat kami di tempat itu.. Pada waktu aku sampai di villa itu, aku langsung mencari saudara2ku yang lain. Ternyata, hanya ada satu keluarga dari kokonya papa yang udah dateng kemarennya. Aku langsung menghampiri mereka dan menyapa mereka lalu mengucapkan 'Kiong Hi.. Kiong Hi' . Aku memang tidak terlalu dekat dengan mereka, tapi mereka sangat baik kepadaku.. Aku langsung diberi angpao oleh pamanku itu dan istrinya.. Mereka berkata,"Nic, kami bisa ngasih cuma dikit.. " Kujawab, " Makasih.. "

Setelah itu, kami mulai menanyakan kabar masing2. Kami maen kartu, dan kedua orang tua ku bercakap2 dengan saudaranya. Mereka bercerita tentang banyak hal. Mulai dari kesehatan, pekerjaan, dan masalah2 lain.. Ketika itu aku mendengar mama bicara," Lik, gimana? Sehat2 to??" Pamanku jawab," Iya, Ling.. Puji Tuhan baik2 aja.. " Mama berkata lagi, "Cuci darahnya masi tetep jalan to, Lik??" Pamanku jawab," Ya.." Tapi istrinya langsung menjawab,"Ya masi jalan kok, Ling.. Tapi ya ga rutin. Harusnya seminggu 2 kali tapi kadang seminggu cuma sekali, kadang 2 minggu sekali, ya ga rutin gitu.."

"Loh, emang ga papa kalo ga rutin?", mama ngomong lagi. "Ya benernya sih ga bole.. tapi lah ya apa, lha wong Lik Gong ndak mau.." istrinya menjawab. "Lho ya ga boleh bolong2 to, Lik", papa ngomong.. "Ya, Lik. Ngomong2 kaki e kok keliatan gelap ya, Sau??" mama ngomong. Istrinya menjawab," Ya itu karena belom cuci darah. Besok rencananya mau cuci darah. Benere jadwale Senen kemaren, tapi Lik Gong e ga mau.." setelah itu, mereka langsung berganti topik..

Tak lama kemudian, beberapa cece dan koko dari papa datang.. Kami ngobrol sampe ga terasa waktu udah siang. Perjanjian antara aku, adikku, dan orangtuaku adalah kami harus pulang sebelum sore, karena kami masih harus menyiapkan untuk sekolah, pekerjaan dll, supaya tidak terlalu malam sampai di rumah. AKu dan adikku serta saudara2ku berkata bahwa papa dan mamaku masih asyik ngobrol sehingga kemungkinan kami akan lebih lama di villa itu.. Dan kami berjanji untuk pura2 tidur kalo ada sinyal bahwa kami akan segera pulang..

Sekitar jam 3 sore, keluarga pamanku (yang tadi berniat untuk cuci darah) pulang.. Parkiran untuik mobil, berada di bagian atas, sehingga ketika ingin pulang, kami harus menaiki tangga.. Tapi ternyata niat untuk pulang itu menjadi lain ceritanya.. Pamanku, memang punya masalah dengan ginjalnya.. Untuk menaiki tangga pun dia lemes banget.. KAmi biasa mengantar anggota keluarga kami yang ingin pulang sampai di parkiran.. kami yang saat itu ikut menaiki tangga, melihat perubahan air muka pamanku.. Dia pucat dan lemes, maka kami menawarkan bantuan untuk menggendongnya. Tapi dia menolaknya, di bilang 'Aku bisa sendiri'.. Maka kami membiarkannya berjalan sendiri..

Ketika sampai di mobil, pamanku sesak napas.. Dia ga sadar, dan semua menjerit2.. Kami berusaha menyadarkannya. Bahkan dia sempat ga bernafas. Papaku berusaha keras untuk memberinya nafas buatan.. Dan untungnya, dia bisa bernafas, tapi tidak sadar. Nafasnyapun ga lancar, sehingga terdengar suara ngorok.

Saudara2nya pun bergegas untuk membawanya ke rumah sakit terdekat. Tapi villa tempat kami reuni adalah di atas bukit. Untuk sampai ke kota kira2 butuh 10 menit. Di prigen, ga ada rumah sakit gawat darurat yang punya peralatan yang lengkap. Yang ada hanyalah di Pandaan. Dia Pandaan itupun, aku yakin peralatannya ga memadai banget..

Mereka berusaha mencarikan rumah sakit terdekat untuk memberikan pertolongan pertama bagi pamanku. Istrinya dan anak2nya tinggal di villa dan berdoa untuk dia. Mereka berdoa sambil menangis dan sambil menyanyikan lagu 'Mukjizat itu Nyata' Kami semua berdoa untuknya..

Tapi, usaha kami yang mengharapkan agar paman tetep hidup, ga diperkenankan ama Tuhan. Dia meninggal..

Kami yang berada di villa, langsung menangis ga karuan ketika pamanku yang lain ngasih tau bahwa beliau udah ga ada.. Kami segera menyusul ke rumah sakit itu.. Ditengah perjalanan kami, kami mengaharapkan ada mukjizat dari TUhan agar pamanku ini hidup kembali.. Tapi seberapapun kami berdoa, kayaknya Tuhan ga bakal ngabulin permintaan kami yang satu ini.

Aku ga tau, aku harus gimana kalau dihadapkan dengan kematian. Aku harus takut atau aku harus bisa menerimanya?? Di satu sisi aku ngerasa kematian adalah sebuah kepahitan, tapi di sisi lain aku ngerasa kematian adalah jalan untuk bertemu dg Tuhan. Jika kita bertemu dengan Tuhan, harusnya kita senag bukan??

TErus terang sampai saat ini aku masih mengenang peristiwa itu dan masih ada ketakutan dalam diriku jika ada orang yang meninggal.. Aku harus gimana nie??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar