09 Agustus 2010

DAUN


            Aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena aku merasa bahwa daun untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali membutuhkan banyak kekuatan. Selama 3 tahun aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi ”sahabat”. Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya. CEMBURU.
            Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk.
            Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi. Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga menyukainku, tapi mengapa dia tidak mau mengatakannya? Jika dia mencintaiku, mengapa dia tidak memulainya dulu untuk melangkah?
            Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku sedih. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sedih dan kecewa. Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang  bertepuk sebelah tangan.
            Tapi, kenapa dia memperlakukanku lebih dari sekedar seorang teman? Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati. Aku tahu kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku untuk mengatakannya bukan?
            Di luar itu, aku mau tetap disampingnya. Memberinya perhatian, menemani dan mencintainya. Berharap suatu hari nanti dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu teleponnya tiap malam, mengharapkan mengirimiku SMS. Aku tahu sesibuk apapun dia, pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku menunggunya.
            3 tahun cukup berat untuk kulalui dan aku mau menyerah. Kadang aku berpikir untuk tetap  menunggu. Dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini. Akhir tahun ke 3, seorang pria mengejarku. Setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Segala daya upaya telah dilakukan walau seringkali ada penolakan dariku.
            Aku berpikir, apakah aku ingin memberikan peluang kecil di hatiku untuknya? Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku ingin memberikan angin ini ruang kecil di hatiku. Aku tahu angin akan membawa pergi daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik.
            Akhirnya aku meninggalkan pohon. Tapi pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal. Aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.

            ”Daun terbang karena ANGIN bertiup atau karena POHON tidak memintanya untuk tinggal?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar