07 Juni 2011

Heartache?? (sakit hati, maksudnya..)

Ada yang ga pernah sakit hati? Aku yakin semua orang pernah sakit hati, entah kepada orang tua, temen, sahabat, saudara atau pacar. Ketika kita dihadapkan pada situasi tertentu, seringkali kita merasakan sakit hati tersebut.

Kasus yang paling sering nih, biasanya sakit hati sama pacar. Ya nggak? Entah sakit hati karena sang pacar suka ngibul, suka selingkuh, ga perhatian, selalu cuek bebek ngepek-ngepek. Ada juga yang sakit hati sama orang tua. Biasanya, anak sakit hati sama orang tua gara-gara diomelin terus kalo lagi di rumah. Ada aja yang diomelin, kamar ga rapi lah, cuci baju ga bersih lah, bisanya makan tidur terus kalo lagi libur lah, apalah itu.
Kalo sama temen, biasanya kita sakit hati gara-gara difitnah, dibohongin, atau gara-gara temen itu, ngrebut gebetan atau pacar kita.

Bagi-bagi pengalaman tentang sakit hati nih, aku juga pernah sakit hati. Sama orang tua nih ceritanya. Gara-gara diomelin terus, ini salah, itu salah. Kadang, kalo kita mau melakukan sesuatu hal, ga dibolehin sama orang tua. Sampai-sampai, pernah juga gini, sang ortu yang salah, anaknya yang dimarah-marahin. Padahal salah dia sendiri lo. Sakit hati? Pasti. Dalam beberapa kejadian, sakit hati itu ga pernah hilang, dan akhirnya mempengaruhi hubungan antara orang tua dan anak. Kadang-kadang canggung dan males ngomong sama mereka.

Kalo dengan temen, aku belum pernah merasakan. Tapi kalo melihat, pernah. Ada seorang temen di kelas yang tipe orangnya itu low profile. Dia bukan tipe orang yang suka ketawa-ketiwi dengan mulut menganga lebar, suaranya yang keras. Tapi, dia hanya mau bergaul dengan orang-orang tertentu saja. Kalo sudah jadi temen nih, keliatan semua kebaikan dan kejelekannya. Satu yang kuingat, dia genit dan selalu bergantung pada orang lain. Nah, sebagian orang di kelas, jadi ilfeel dong kalo liat dia lagi bicara dengan nada genit. Sebagian orang ini, suka menjelek-jelekkan 'si genit' ini di belakang. Kira-kira, kalo kita berada di posisi 'si genit', apakah kita ga sakit hati ketika kita tau banyak orang yang menjelekkan diri kita?

Kalo dengan sahabat. Ketika kita lagi kagum-kagumnya sama seseorang (lawan jenis gitu..), sebut saja Mr. X dan ternyata sahabat kita sendiri juga suka sama si Mr. X itu. Sahabat kita ini terus gencar melakukan pedekate dan pada akhirnya sahabat kita jadian sama Mr. X. Jueedeengggg!! Dunia serasa runtuh dan hancur. Yang namanya hati itu, sakit banget. Kayak dirobek sama silet, terus dikasih peresan jeruk nipis diatasnya.

Masing-masing kita pasti pernah kan merasakan sakit hati itu. Ada sakit hati yang dipendam terus-menerus sampai akhirnya meledak di suatu tempat dan waktu. Ketika sakit hati itu terus kita simpan, sakit hati itu akan mempengaruhi semua hal dalam hidup kita. Pola pikir kita berubah, cara dan sikap kita bertindak juga berubah. Tak jarang, ada yang menjadi lebih sensitif dan selalu marah-marah ketika ditanya tentang hal-hal yang berhubungan dengan rasa sakit hatinya itu. Ada juga yang pernah merasakan sakit hati, tapi kemudian bertekad untuk melupakan rasa sakit hatinya itu. Dengan melupakan rasa sakit hati, bukan berarti kita lupa sepenuhnya atas rasa sakit hati itu. Ketika kita disinggung sedikit mengenai rasa sakit hati itu, kita membuka lagi luka yang mulai mengering dan akhirnya hati kita terluka lagi, bahkan sekarang mungkin lebih lebar lukanya.

Jadi, bagaimana caranya menghilangkan rasa sakit hati itu?
Obatnya cuma satu. Berdoa! Kita minta Tuhan sendiri yang memberi kesembuhan dan pemulihan bagi hati kita yang terluka saat ini. Minta Tuhan yang mengambil rasa sakit hati itu dan membuangnya jauh-jauh dari kehidupan kita. Kita juga bisa minta sama Tuhan sebuah hati yang baru, yang penuh belaskasihan, tidak pendendam dan mau mengampuni orang lain. Serahkanlah hati yang terluka itu ke dalam tangan Tuhan yang terbuka lebar. Tuhan akan memulihkannya dan tak ada lagi rasa sakit hati yang akan muncul bahkan ketika seseorang berusaha mengungkit kembali sakit hatimu.

Selamat berperang melawan sakit hati!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar