21 Mei 2010

Indonesia, kaya apa miskin?







Saya mencoba bertanya pada sebagian teman-teman saya yang mempunyai rasa nasionalisme yang lumayan tinggi.


Kalian pikir negara Indonesia itu negara yang seperti apa?


Dan beginilah jawaban mereka.

- Negara yang punya potensi tapi kurang bisa memanfaatkan potensinya
- Negara yang kaya SDA dan budaya tapi minim SDM


Sebagian besar dari teman-teman yang saya wawancarai (ceeilee, gayanya..), berpendapat demikian. Kalo menurut saya, ya benar apa yang dikatakan oleh mereka. Semua pandangan saya (yang berkaitan dengan kekayaan Indonesia) tentang negeri kita tercinta ini, sudah diambil semua oleh mereka. 

Indonesia itu sebenarnya patut diperhitungkan di kancah internasional, berkaitan dengan keindahan dan kekayaan alam yang dimilikinya. Kalau dibandingkan dengan negara lain, negara kita mempunyai kekayaan alam lebih banyak. Mungkin hal itu disebabkan karena besarnya wilayah negara kita. apalagi kita mempunyai wilayah kelautan yang sangat besar. Kayaknya tidak ada satupun negara yang mempunyai laut yang begitu luas dalam negara mereka. Selain punya laut, kita juga punya hasil tambang yang melimpah ruah. Mulai dari minyak bumi, permata, emas, batu bara, dan lain-lain. Hasil tambang kita memiliki nilai jual yang tinggi di dunia perdagangan internasional karena barang seperti minyak bumi sangat dibutuhkan oleh masyarakat seluruh dunia. Begitu pula dengan emas, batu bara, dan lain-lain.

Sayangnya, negara kita belum bisa mengelola hasil-hasil tambang tersebut dengan baik. Kalau mengenai hasil laut, kita sudah bisa mengelolanya. Para nelayan tinggal menebarkan jala di tengah lautan Indonesia, dan mereka langsung akan mendapatkan berbagai macam ikan, mulai dari ikan teri sampai ikan paus. Setelah itu mereka tinggal menjualnya ke tangan para pedagang di pasar. Untuk pengelolaan ikan, sudah ada pabrik ikan kalengan milik Indonesia. Kalau tidak, ibu atau nenek kita di rumah pun bisa mengolah ikan itu, dimasak dan dijadikan berbagai macam menu ikan; ikan bakar, ikan goreng, ikan rebus, pepes, ikan goreng tepung, ikan rica-rica (ada apa ngga ya??), dll. Untuk hasil laut lainnya seperti kepiting, udang, lobster, rumput laut pun kita masih bisa mengelolanya sendiri. Bahkan bisa diekspor ke luar negeri.

Tapi lain halnya dengan komoditas Indonesia yang berupa hasil tambang. Kelihatannya kita masih belum bisa mengelolanya sendiri. Seperti misalnya minyak bumi. Apakah kita bisa mengelolanya sama seperti kita mengelola ikan? Tentu tidak. Untuk mengelolanya dibutuhkan alat-alat khusus yang mungkin hanya bisa didapatkan di luar negeri. Sebenarnya kalau mau, kita bisa membuat alat-alat itu sendiri. Tetapi masalahnya adalah kurangnya SDM yang berkualitas. Karena kurangnya SDM yang berkualitas pula, kita menyerahkan masalah 'pengelolaan hasil tambang' itu ke pihak lain. Pihak lain disini yang saya maksud adalah perusahaan asing. Perusahan asing melihat kesempatan yang sangat bagus bagi mereka jika mereka meng-handle semua urusan tambang menambang. Kita tahu sendiri hasil tambang membuat suatu negara bisa kaya materi.

Coba kita analogikan. Misalnya, saya mempunyai seorang teman yang kaya. Suatu hari, teman saya ini ingin pergi ke luar negeri dan saya dititipi rumahnya, mobilnya, uangnya, pabriknya dan semua miliknya. Secara manusiawi, tentu ada keinginan untuk mencoba memakai mobilnya, belanja dengan  kartu kreditnya, tinggal di rumahnya, dan mengurus pabriknya. Meskipun di awalnya sudah ada perjanjian, bahwa saya tidak akan menggunakan barang-barang miliknya, ya tetep aja. Namanya juga manusia, pasti ingin mencoba melanggar. Apalagi kalo kita lagi kepepet. Mobil saya lagi di bengkel, sedangkan saya butuh mobil untuk ke luar kota. Kira-kira akan saya pake ngga mobil teman saya itu? Kan orangnya lagi di luar negeri. Ga ada yang liat juga kan?

Sama halnya dengan perusahaan asing yang mengelola semua hasil tambang kita. Ibaratnya hasil tambang itu adalah seluruh kekayaan teman saya. Negara kita ibarat teman saya yang menitipkan kekayaannya, sedangkan perusahaan asing itu ibarat saya yang dititipi kekayaan. Akan sangat memungkinkan terjadi monopoli kepemilikan hasil tambang. Seharusnya, kalau hasil tambang itu milik kita, ya kitalah yang mendapatkan keuntungan dari hasil penjualannya. Tetapi kenyataannya lain, hasil tambang itu dikelola oleh orang lain dan kita tidak mendapatkan keuntungan yang seharusnya kita dapatkan. Malahan pihak pengelola yang mendapatkan keuntungan itu. Nggak fair kan?

Akibatnya, karena kita tidak mendapatkan hak kita, ya begini ini. Pemerintah mengeluarkan anggaran yang besar untuk pengelolaan sumber daya alam Indonesia. Tapi keuntungan tidak kita dapatkan. Jadinya, uang itu mengalir ke tangan pihak lain, bukannya kembali ke tangan kita. Misalnya kita mendapat hasil dari penjualan hasil tambang kita, tentu kita bisa membenahi negeri ini. Keuntungan itu bisa disalurkan untuk menyejahterakan orang miskin, memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak yang kurang mampu, mengatasi gizi buruk, pemerataan ekonomi di tiap daerah, dan masih banyak lagi.

Sebenarnya kita bisa kok mengelola hasil tambang kita sendiri. Kita hanya perlu meningkatkan kualitas SDM Indonesia dan terus belajar dan belajar dari negara maju. Kita perlu menghargai setiap anak bangsa yang berprestasi karena mereka merupakan salah satu aset negara yang berharga. Banyak anak-anak bangsa yang berprestasi malah justru melarikan diri ke luar negeri. Katanya, di luar negeri, mereka lebih dihargai. Gaji lebih tinggi, pekerjaan terjamin, dan waktu mereka efektif untuk bekerja. Kalau di Indonesia, gaji sedikit, belum tentu juga bisa terus kerja. Lha, kalau di PHK, gimana? Lalu, di Indonesia, waktu banyak dibuang sia-sia. Dipakai untuk berdebat, ide siapakah yang paling baik, dan tidak segera direalisasikan. 

Belajar dari negara maju. Benarkah kita sudah belajar dari negara maju? Sudah? Ah, masa? Belajar itu bukan menyontoh atau menjiplak. Belajar itu bertahap. Untuk menjadi sebuah negara maju, lakukan secara bertahap. Apa? Kelamaan? Ya memang lama. Mana ada orang belajar cepet? Belajar itu perlu waktu. Pelajari satu hal, lalu dua hal, dan seterusnya. Sama. Kalo mau jadi negara maju yang bisa mengelola semua miliknya sendiri, pelajari satu hal dulu, satu hal lagi, dst. Dan satu hal lagi, jangan cuma meniru. Harus bisa membuat sendiri, meskipun dasarnya ya awalnya niru. Kembangkan lagi, buatlah menjadi berbeda. 

China, bisa buat sepeda motor sendiri sekarang. Awalnya memang mereka ga tahu, barang-barang apa yang dibutuhkan, bagaimana merangkainya. Tapi, mereka membeli sebuah sepeda motor dari Jepang, membongkarnya, dan mereka mencoba menirunya. Meskipun kualitasnya berbeda, tapi mereka bisa membuatnya sendiri sekarang, dan tentunya masih harus dikembangkan lagi. 

Kalau negara lain bisa, kenapa kita ngga? 

Indonesia, kaya apa miskin?
Udah bisa jawab sendiri kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar